BAB II
2.1 Definisi Kapitalisme
Kapitalisme
mempunyai pengertian sebagai perbuatan individu-individu yang melibatkan
kontrol terhadap sumber- sumber finansial uang luas dan menghasilkan kekayaan
kepada seseorang sebagai suatu hasil dari spekulasi, peminjaman uang, dan
perusahaan komersial. Kapitalisme juga dapat berarti sebagai suatu sistem
perkonomian, yang terletak pada suatu organisasi dari para penerima upah bebas
secara legal, dengan suatu tujuan untuk mendapatkan keuntungan uang, dari para
pemilik modal dan agen-agennya. Sederhananya adalah bahwa kapitalisme merupakan
usaha pencarian keuntungan, dan keuntungan yang dapat diperbaharui untuk
selamanya, dengan usaha kapitalistis yang dilakukan secara terus menerus.
Terdapat
3 etika yang sangat mempengaruhi perkembangan kapitalisme, yaitu hidup
sederhana, bekerja keras, dan menabung/hemat. Selain tiga etika tersebut, jiwa
wiraswasta juga sangat berpengaruh. Bila kita melihat hal-hal tersebut maka
jelaslah bahwa kapitalisme hanya dapat muncul dalam sebuah masyarakat yang
menjunjung tinggi kebebasan individu. Kemudian faktor agama (Protestan) sebagai
tonggak dari berdirinya kapitalisme, oleh sebab itu kapitalisme tidak hanya
dipandang sebagai sebuah sistem ekonomi saja tetapi juga sebagai sebuah cara hidup.
Di
dalam sistem kapitalis, kepemilikan barang produksi dipegang oleh individual
bukan oleh negara. Pertimbangan dari ini adalah, pertama, kepemilikan dari
barang produksi berarti mempunyai kekuasaan atas kehidupan orang lain maka dari
itu kepemilikan seharusnya dibagi kepada beberapa pihak bukan hanya satu pihak
saja. Kedua, kemajuan teknologi yang merupakan faktor penting dalam bisnis
dapat lebih mudah diraih apabila tiap orang memikirkan bisnisnya sendiri dengan
mengingat bahwa ia mempunyai niat untuk melakukan itu. Prinsip Laissez Faire
(menentang campur tangan pemerintah dalam perekonomian kecuali diperlukan)
sangat dijunjung tinggi dalam kapitalisme.
2.2
Konsep-konsep Dasar Kapitalisme
1.
Tiga Asumsi Kapitalisme Menurut Ayn Rand
Menurut Ayn Rand Ayn Rand dalam Capitalism (1970)
menyebutkan tiga asumsi dasar kapitalisme, yaitu: (a) kebebasan individu, (b)
kepentingan diri (selfishness), dan (c) pasar bebas. Menurut Rand, kebebasan
individu merupakan tiang pokok kapitalisme, karena dengan pengakuan hak alami
tersebut individu bebas berpikir, berkarya dan berproduksi untuk
keberlangsungan hidupnya. Pada gilirannya, pengakuan institusi hak individu
memungkinkan individu untuk memenuhi kepentingan dirinya. Menurut Rand, manusia
hidup pertama-tama untuk dirinya sendiri, bukan untuk kesejahteraan orang lain.
Rand menolak keras kolektivisme, altruisme, mistisisme. Konsep dasar bebas Rand
merupakan aplikasi sosial dan pandangan epistemologisnya yang natural
mekanistik. Terpengaruh oleh gagasan "the invisible hand" dari Smith,
pasar bebas dilihat oleh Rand sebagai proses yang senantiasa berkembang dan
selalu menuntut yang terbaik atau paling rasional. Smith pernah berkata: "free
marker forces is allowed to balance equitably the distribution of wealth".
(Robert Lerner, 1988).
2.
Akumulasi Kapital
Heilbroner (1991) menelaah secara mendalam pengertian hakiki
dari kapital. Heilbroner menolak memperlakukan kapital hanya dalam kategori
hal-hal yang material berupa barang atau uang. Menurutnya, jika kapital hanya
berupa barang-barang produksi atau uang yang diperlukan guna membeli material
dan kerja, maka kapital akan sama tuanya dengan peradaban.
Menurut Heilbroner, kapital adalah faktor yang mnggerakkan
suatu pross transformasi berlanjut atas kapital-sebagai-uang menjadi kapital-sebagai-komoditi,
diikuti oleh suatu transformasi dari kapital-sebagai-komoditi menjadi
kapital-sebagai uang yang bertambah. Inilah rumusan M-C-M yang diperkenalkan
Marx.
Proses yang berulang dan ekspansif ini memang diarahkan
untuk membuat barang-barang dan jasa-jasa dengan pengorganisasian niaga dan
produksi. Eksistensi fisik benda dan jasa itu merupakan suatu rintangan yang
harus diatasi dengan mengubah komoditi menjadi uang kembali. Bahkan kalau hal
itu terjadi, bila sudah terjual, maka uang itu pada gilirannya tidak dianggap
sebagai produk akhir dari pencarian tetapi hanya sebagai suatu tahap dalam
lingkaran yang tak berakhir.
Karena itu, menurut Heilbroner, kapital bukanlah suatu benda
material melainkan suatu proses yang memakai benda-benda material sebagai
tahap-tahap dalam eksistensi dinamiknya yang berkelanjutnya. Kapital adalah
suatu proses sosial, bukan proses fisik. Kapital memang mengambil bentuk fisik,
tetapi maknanya hanya bisa dipahami jika kita memandang bahwa benda-benda
material ini mewujudkan dan menyimbolkan suatu totalitas yang meluas.
Rumusan M-C-M (Money-Commodity-Money) yang diskemakan Marx atas metamorfosis yang berulang dan meluas yang dijalani kapital merupakan penemuan Marx terhadap esensi kapitalisme, yaitu akumulasi modal. Dalam pertukaran M-C-M tersebut uang bukan lagi alat tukar, tetapi sebagai komoditas itu sndiri dan menjadi tujuan pertukaran.
Rumusan M-C-M (Money-Commodity-Money) yang diskemakan Marx atas metamorfosis yang berulang dan meluas yang dijalani kapital merupakan penemuan Marx terhadap esensi kapitalisme, yaitu akumulasi modal. Dalam pertukaran M-C-M tersebut uang bukan lagi alat tukar, tetapi sebagai komoditas itu sndiri dan menjadi tujuan pertukaran.
3.
Dorongan Untuk Mengakumulasi Kapital (Heilbroner)
Analisis kapital sebagai suatu proses ekspansif seperti yang
diuraikan di muka, ditelaah lebih dalam lagi oleh Heilbroner melalui pendekatan
psikoanalisis, antropologis, dan sosiologis. Menurut Heilbroner, gagasan
kapital sebagai suatu hubungan sosial menyingkapkan inti hubungan itu, yaitu
dominasi. Hubungan dominasi memiliki dua kutub. Pertama, ketergantungan sosial
kaum yang tak berpunya kepada pemilik kapital di mana tanpa ketergantungan itu
kapital tidak memiliki pengaruh apa-apa. Kedua, dorongan tanpa henti dan tanpa
puas untuk mengakumulasi kapital.
Heilbroner menyebutkan bahwa dorongan ini digerakkan oleh
keinginan untuk prestise dan kemenonjolan (realisasi diri). Dalam bahasa
Abraham Maslow, dorongan mengakumulasi kekayaan yang tidak puas-puas ini
merupakan manifestasi aktualisasi diri. Namun, Heilbroner mengingatkan bahwa
kebutuhan afektif ini hanyalah suatu kondisi yang perlu (necessary condition)
namun belum menjadi syarat cukup (sufficient condition) untuk dorongan mengejar
kekayaan. Lalu Heilbroner menemukan bahwa kekayaan memberikan pemiliknya
kemampuan untuk mengarahkan dan memobilisasikan kegiatan-kegiatan masyarakat.
Ini adalah kekuasaan. Kekayaan adalah suatu kategori sosial yang tidak
terpisahkan dari kekuasaan.
Dengan demikian, hakekat kapitalisme menurut Heilbroner,
adalah dorongan tiada henti dan tanpa puas untuk mengakumulasi kapital sebagai
sublimasi dorongan bawah sadar manusia untuk merealisasi diri, mendominasi,
berkuasa. Karena dorongan ini berakar pada jati diri manusia, maka kapitalisme
lebih merupakan salah satu modus eksistensi manusia. Mungkin inilah sebabnya
mengapa kapitalisme mampu bertahan dan malah menjadi hegemoni peradaban global.
2.3 Bentuk-bentuk Kapitalisme
Adapun
bentuk-bentuk dari kapitalisme diantaranya:
a. Kapitalisme
perdagangan
Muncul pada abad ke-16 setelah
dihapusnya sistem feodal. Dalam sistem ini seorang pengusaha mengangkat hasil
produksinya dari satu tempat ke tempat lain sesuai dgn kebutuhan pasar. Dengan
demikian ia berfungsi sebagai perantara antara produsen dan konsumsi.
b.
Kapitalisme industri
Lahir karena ditopang oleh kemajuan
industri dengan penemuan mesin uap oleh James Watt tahun 1765 dan mesin tenun
tahun 1733. Semua itu telah membangkitkan revolusi industri di Inggris dan
Eropa menjelang abad ke-19. Kapitalisme industri ini tegak di atas dasar
pemisahan antara modal dan buruh yakni antara manusia dan mesin.
c.
Sistem Kartel
Kesepakatan perusahaan-perusahaan
besar dalam membagi pasaran internasional. Sistem ini memberi kesempatan untuk
memonopoli pasar dan pemerasan seluas-luasnya. Aliran ini tersebar di Jerman
dan Jepang.
d.
Sistem Trust
Sebuah sistem yang membentuk satu
perusahaan dari berbagai perusahaan yang bersaing agar perusahaan tersebut
lebih mampu berproduksi dan lebih kuat untuk mengontrol dan menguasai pasar.
2.4
Perkembangan paham Kapitalisme
Kapitalisme memiliki sejarah yang panjang, yaitu sejak
ditemukannya system perniagaan yang dilakukan oleh pihak swasta. Akan tetapi
bukan hanya kritik saja yang mengancam kapitalisme melainkan juga idiologi lain
yang ingin melenyapkannya seperti komunisme.
Kapitalisme mulai mendominasi kehidupan perekonomian ekonomi
dunia Barat sejak runtuhnya feodalisme. Akar kapitalisme dalam beberapa hal
bersumber daari filsafat Romawi kuno. Hal itu muncul pada ambisinya untuk
memiliki kekuatan dan meluaskan pengaruh serta kekuasaan. Kapitalisme berkembang
secara bertahap dari feodalisme bourgeoisme sampai pada kapitalisme.
Selama prose situ berlangsung telah bekembang berbagai pemikirran dan ideology
yang melanda dalam arus yang mengarah pada pengukuhan hak milik pribadi dan
seruan kebebasan. Kapitalisme menyeru dan membela liberalisme. Tetapi kebebasan
politik telah berubah menjadi kebebasan moral dan sosial, kemudian berubah
menjadi permisifisme. Setelah Eropa memasuki zaman Renaiscance yaitu
zaman dimana pencerahan mulai muncul setelah zaman feudal kapitalisme muncul
bersamaan dengan munculnya ideology baru yaitu munculnya liberalisme. Bapak
kapitalisme yaitu Adam Smith mengemukakan lima teroti dasar dari kapitalisme
yaitu:
- Pengakuan hak milik pribadi tanpa batas-batas tertantu.
- Pengakuan hak pribadi untuk melakukan kegiatan ekonomi demi meningkatkan status sosial ekonomi.
- Pengakuan adanya motivasi ekonomi dalam bentuk semangat meraih keuntungan semaksimal mungkin.
- Kebebasan melakukan kompetisi
- Mengakui hukum ekonomi pasar bebas atau mekanisme pasar.
Pendapat Adam Smith yang paling penting ialah tentang
ketergantungan peningkatan perekonomiaan, kemajuan dan kemakmuran kepada
kebebasan ekonomi yang tercermin kepada kebebasan individu yang memberikan
seseorang kebebasan memilih pekerjaannya sesuai dengan kemampuannya yng dapat
mewujudkan penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan dirinya. Kebebasan
berdagang dimana produktivitas peredaran produksi dan distribbusinya
berlangsung dalam iklim persaingan bebas. Kaum kapitalisme memandang kebebasan
adalah suatu kebutuhan bagi individu untuk menciptakan keserasian antara
dirrinya dan masyarakat. Sebsb kebebasan itu adalah suatu kekuatan pendorong
bagi produksi karena ia benar-benar menjadi hak manusia yang menggambarkan
kehormatan kemanusiaan.
Pada
awal munculnya paham kapitalisme ini hingga berkembangnya dibagi dalam berbagai
fase, diantaranya:
1.
Kapitalisme Awal (1500 – 1750)
Pada
akhir abad pertengahan (abad 16 – 18), industry di Inggris sedang
terkonsentrasi pada industry sandang. Industry sandang di Inggris menjadi
industry sandang terbesar di Eropa. Meskipun banyak masalah yang dihadapi akan
tetapi industry sandang di Ingris menjadi industry yang sangat pesat. Industry
sandang inilah yang menjadi pelopor lahirnya kapitalisme di Eropa sebagai suatu
system sosial dan ekonomi. Kemudian industry ini berlanjut pada usaha
perkapalan, pergudangan, bahan-bahan mentah, barang-barang jadi dan variasi
bentuk kekayaan yang lain.
2.
Kapitalisme Klasik
Pada
fase ini ditandai dengan adanya revolusi industry di Inggris. Di inggris mulai
banyak diciptakan mesin-mesin besar yang sangat berguna untuk menunjang
industry. Revolusi industry dapat didefinisikan sebagai periode peralihan dari
dominasi modal perdagang atas modal industry ke dominasi modal industry atas
modal perdagangan (Dudley Diller 1987:22).
3.
Kapitalisme Lanjut
Peristiwa
besar yang menandai fase ini adalah terjadinya Perang Dunia. Kapitalisme lanjut
sebagai peristiwa penting ini ditandai paling tidak oleh tiga momentum, yaitu :
- Pergeseran dominasi modal dari Eropa ke Amerika.
- Bangkitnya kesadaran bangsa-bangsa di Asia dan Afrika sebagai akses dari kapitalisme klasik, yang kemudian memanifestasikan kesadaran itu dengan perlawanan.
- Ravolusi Bolshevik Rusia yang berhasrat meluluh lantahkan institusi fundamentak kapitalisme yang berupa kepemilikan secara individu atas penguasaan sarana produksi, struktur kelas sosial, bentuk pemerintahan dan kemampuan agama. Dari sama muncul ideology tandingan yaitu komunisme.
Dalam
perkembangannya ini paham kapitalisme juga memiliki prinsip-prinsip yaitu :
- Mencari keuntungan dengan berbagai cara dan sarana kecuali yang terang-terangan dilarang Negara karena merusak masyarakat seperti heroin dan semacamnya.
- Mendewakan hak milik pribadi dengan membuka jalan selebar-lebarnya agar tiap orang mengarahkan kemampuan dan potensi yang ada untuk meningkatkan kekayaan dan meliharanya serta tidak ada yang menjahatinya. Karena itu dibuatlah peraturan-peraturan yang cocok untuk meningkatkan dan melancarkan usaha dan tidak ada campur tangan Negara dlam kehidupan ekonomi kecuali dalam batas-batas yang sangat diperlukan oleh peraturan umum dalam rangka mengokohkan keamanan.
- Perfect competition.
- Price
system sesuai dengan tuntutan permintaan dan kebutuhan bersandar pada
peraturan harga yang diturunkan dalam rangka mengendalikan komoditas dan
penjualannya.
2.5
Kapitalisme di berbagai Bidang
1.
Kapitalisme Pendidikan
Kapitalisme kini telah menyentuh wilayah pendidikan
nasional. Munculnya dikotomi Sekolah Berstandar Internasiaonal (SBI) dan
sekolah biasa merupakan pengejawantahan semangat kapitalis dalam dunia
pendidikan. Tidak dipungkiri, akan muncul kelas-kelas sosial sebagai bias
‘penerapan’ ide kapitalis dalam dunia pendidikan. Kelas sosial karena system
pendidikan yang berbasis modal dan menyampingkan kecerdasan.
Contoh sederhana, jika dikota anda ada sekolah ber-SBI atau
minimal masih Rintisan Standar Internasiona (RSBI) yang bersebelahan dengan
sekolah biasa, anda pasti menyaksikan fenomena memprihatinkan. Betapa
kesenjangan sosial kelihatan sangat nyata dan menjadi pemandangan lumrah.
Halaman parkir sekolah ber-SBI dipastikan penuh dengan mobil dan seluruh siswa
masuk sekolah menenteng laptop. Sebaliknya di sekolah biasa, para siswa diantar
dengan sepeda motor, naik angkutan kota, bahkan jalan kaki. Jarang sekali yang
menenteng laptop atau membawa ponsel pun seharga ratusan ribu. Kesenjangan
kenyataan ini merupakan pengejawantahan gagasan kapitalisme dalam dunia
pendidikan.
Perbedaan menyolok performance siswa dan pengajar antara
sekolah berstandar internasional dan sekolah biasa mengindikasikan munculnya
kelas sosial dalam masyarakat pendidikan. Sebuah kelas sosial sebagai akibat
system pendidikan yang berbasis modal dan meletakkan kemampuan atau kecerdasan
adalah efek dari kekuatan modal.
Dalam system pendidikan nasional, kecerdasan bisa dicapai
apabila ditunjang oleh fasilitas lengkap (berteknologi tinggi). Dengan
teknologi yang memadai, maka proses belajar akan berlangsung dengan baik.
Logika seperti inilah yang menjadi landasan kegiatan belajat mengajar dalam system
pendidikan kita. Lantas bagaimana dengan siswa yang tidak mamapu ‘membeli’
segala fasilitas mahal tersebut.
Semestinya konsep SBI dan Non SBI ditinjau ulang. Sesuai
amanat UUD 1945 bahwa setiap warga Negara berhak mendapat pengajaran.
Pemerataan pendidikan harus dirasakan oleh seluru masyarakat Indonesia.
Kenyataanya dalam sisitem pendidikan kita mereka yang memiliki modal akan
menikmati fasilitas pendidikan yang mewah. Sedangkan yang kurang beruntung
hanya bisa menikmati sekolah biasa dengan fasilitas seperti seadanya.
2.
Kapitalisme Dalam Lembaga Keuangan Perbankan
System kapitalis memposisikan uang sebagai sesuatu yang
mempunyai nilai berdasarkan waktu. Keadaan ini akan memaksan lembaga keuangan
khususnya perbankan memberikan pertolongan financial dengan mengharapkan
imbalan bunga,sehingga bunga dapat didefinisikan sebagai ‘tiada pertolongan
tanpa imbalan’. Hal ini bertolak belakang sekali dengan prinsip seseorang
muslim, karena islam merupakan agama terbesar di Indonesia, dimana pertolongan
diberikan dengan ikhlas dan biarlah Allah SWT yang membalas dengan cara-Nya.
Disadari atau tidak, bunga merupakan salah satu factor utama penyebab krisis
moneter tahun 1997 dan krisis keuangan global saat ini. Semua instansi keuangan
baik bank maupun non bank menarik dana dari masyarakat dengan iming-iming bunga
dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dengan memperoleh imbalan
berupa bunga. Keserakahan akan mendorong lembaga keuangan untuk menyalurkan
dana kepada pihak manapun secara besar-besaran, akibatnya terjadi kredit macet
yang berdampak besar terhadap lembaga itu sendiri.
Di Indonesia ini terjadi sebelum krisis dan memacu
terjadinya krisis moneter, sedangkan di Amerika Serikat ini memacu terjadinya
krisis kredit perumahan yang menyebabkan terjadinya krisis keuangan global.
Disatu sisi jika pemerintah atau bank sentral melakukan regulasi ketat akan
berdampak buruk juga bagi perekonomian karena akan terjadi fenomena yang
disebut credit crunch. Dimana lembaga keuangan tidak menyalurkan kredit
karena regulasi ketat sehingga roda perekonomian tidak berjalan, khususnya
sector riil yang menyerap tenega kerja.
IMF melalui rezim investai terbuka untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi global. Namun pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi yang
didorong liberalisasi perdagangan, privatisasi, dan rezim investasi bebas hanya
menguntungkan negara-negara maju. Liberalisasi perdagangan tidak hanya transfer
hasil produksi, tetapi juga mempermudah negara maju untuk mengeksploitasi
sumber daya alam yang dimiliki oleh negara dunia ketiga. Rezim investasi bebas
merupakan pintu untuk mempermudah arus investasi yang menjadi fakor penting
bagi perkembangan perusahaan multinasional dan transnasional agar mampu
bergerak melintasi batas negara.
3.
Kapitalisme di bidang Ekonomi
Kapitalisme telah menimbulkan peningkatan usaha industri dan
pabrik secara besar-besaran melalui proses mekanisasi. Dengan demikian, dalam
waktu singkat dapat menghasilkan barang-barang yang melimpah. Produksi barang
menjadi berlipat ganda sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang lebih
luas. Akibat pembuatan barang menjadi cepat, mudah, serta dalam jumlah yang
banyak sehingga harga menjadi lebih murah. Berkat peralatan komunikasi yang
modern, cepat dan murah, produksi lokal berubah menjadi produksi internasional.
Pelayaran dan perdagangan internasional makin berkembang pesat. Adanya penemuan
di berbagai sarana dan prasarana transportasi yang makin sempurna dan lancar.
Dengan demikian, dinamika kehidupan masyarakat makin meningkat.
4. Kapitalisme di bidang sosial
Kapitalisme telah memunculkan kota-kota dan pusat-pusat
keramaian yang baru. Karena kota dengan kegiatan industrinya menjanjikan
kehidupan yang lebih layak maka banyak petani desa pergi ke kota untuk
mendapatkan pekerjaan. Hal ini mengakibatkan terabaikannya usaha kegiatan
pertanian. Akibat makin meningkatnya arus urbanisasi
ke kota-kota industri maka jumlah tenaga kerja
makin melimpah. Sementara itu, pabrik-pabrik banyak yang menggunakan tenaga
mesin. Dengan demikian, upah tenaga kerja menjadi murah. Selain itu, jaminan
sosial pun berkurang sehingga kehidupan mereka menjadi susah. Bahkan para
pengusaha banyak memilih tenaga buruh wanita dan anak-anak yang upahnya lebih
murah.
Dengan munculnya golongan pengusaha yang hidup mewah di satu
pihak, sementara terdapat golongan buruh yang hidup menderita di pihak lain,
maka hal itu menimbulkan kesenjangan antara pengusaha dan buruh. Kondisi
seperti itu sering menimbulkan ketegangan-ketegangan yang diikuti dengan
pemogokan kerja untuk menuntut perbaikan nasib. Hal ini menimbulkan kebencian
terhadap sistem ekonomi kapitalis, sehingga kaum buruh condong kepada paham
sosialis. Munculnya revolusi social.
5. Kapitalisme di bidang politik
Kaum buruh yang diperlakukan tidak adil oleh kaum pengusaha
mulai bergerak menyusun kekuatan untuk memperbaiki nasib mereka. Mereka
kemudian membentuk organisasi yang lazim disebut gerakan sosialis. Gerakan
sosialis dimotivasi oleh pemikiran Thomas Marus yang menulis
buku Otopia. Tokoh yang paling populer di dalam pemikiran dan penggerak paham
sosialis adalah Karl Marx dengan bukunya Das Kapital.
Dalam upaya memperjuangkan nasibnya maka kaum buruh terus
menggalang persatuan. Apalagi dengan makin kuatnya kedudukan kaum buruh di
parlemen mendorong dibentuknya suatu wadah perjuangan politik, yakni Partai Buruh.
Partai ini berhaluan sosialis. Di pihak pengusaha mengabungkan diri ke dalam
Partai Liberal.
Kaum pengusaha/kapitalis umumnya mempunyai pengaruh yang
kuat dalam pemerintahan untuk melakukan imperialisme demi kelangsungan
industrialisasinya. Dengan demikian, lahirlah imperialisme modern, yaitu
perluasan daerah-daerah sebagai tempat pemasaran hasil industri, mencari bahan
mentah, penanaman modal yang surplus, dan tempat mendapatkan tenaga buruh yang
murah. Dalam hal ini, Inggris yang menjadi pelopornya.
2.6
Pendapat
tentang Kapitalisme
Sistem ini
digunakan sebagai motif yang menggerakan perekonomian dalam mencari keuntungan.
Sistem ini memberikan pengakuan yang luan atas hak-hak pribadi. Hak milik
perorangan merupakan elemen penting kapitalisme. Dalam paham kapitalisme tidak
berlaku istilah hak milik berfungsi sosial. Pemberian hak milik secara mutlak
akan menciptakan prilaku individu untuk menggunakan semaksimal mungkin sumber
daya yang dimiliki dan berdampak pada distribusi pendapatan masyarakat. Dalam
sistem ini perekonomian negara diatur oleh mekanisme pasar, atau harga sebagai
penentu. Paham serba bebas akan tercipta keseimbangan baru yang mamapu membawa
pada kemakmuran rakyat. Sistem ini meminimaliska campur tangan pemerintah,
system ini berpendapat campur tangan pemerintah dalam bidang ekonomi akan
menghambat proses pengaturan diri.
Dari beberapa
keuntungan diatas pendapat saya mengenai paham kapitalisme ini, bahwa setiap
system pasti memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Tak dapat
dipungkiri bahwa kapitalisme telah memberikan banyak hasil positif bagi
peradaban umat manusia, fasilitas hidup, perkembangan tekhnologi, variasi
produk, infrastruktur bahwa kapitalisme menunjukan perannya yang signifikan
dalam sejarah peradaban umat manusia.
Jika dilihat dari
sisi positif pada sisitem ini, dengan mekanisme pasar yang bebas dapat
menningkatkan motivasi kerja, inovasi dan produktifitas guna memenangkan
kompetisi perekonomian disetiap Negara. Inilah rangsangan bagi mereka untuk
meningkatkan diri dalam mengembangkan usaha mereka, karena fitrah dalam diri
manusia selalu ingin menjadi yang terbaik dari yang lain. Terlepas dari semua
hal itu, tidak salah jika analisa dibalik kesuksesan itu ada kerancuan, sisi
negative, kelemahan. Hal ini tampak pada penumpukan harta, distribusi kekayaan
tidak merata. Selama abad 20 , selain megahnya pembangunan fisik ekonomi
ternyata terdapat data-data yang jelas menunjukan bahwa system kapitalisme
memberikan goncangan-goncangan ekonomi dan implikasi- implikasi negative. Jeratan
hutang di hampir seluruh Negara berkembang termasuk Indonesia pada masa krisis
moneter yang menyebabkan kemiskinan yang menyebabkan kemiskinan yang makin luas
di nagara dunia ketiga. Kekayaan yang tidak merata karena persaingan bebas
menyebabkan para pengusaha yang dapat mengembangkan usahanya terus ingin
menjadikan diri nya lebih dari siapapun, namun bagi pengisaha yang belum dapat
mengembangkan usahanya menyebabkan dirinya terpuruk dan susah bangkit.
Dari penjelasan
diatas maka saya memberikan pendapat bahwa saya kurang setuju pada sisitem ini,
karena memberika kebebasan penuh pada manusia dalan jalannya ekonomi, sedangkan
ekonomi islam tidak mengarah pada kapitalisme melinkan merajuk pada
entitas utamanya yaitu islam sebagai konsep hidup dan kehidupan merupakan
konsep yang langsung bersumber dari Allah SWT. Dalam ekonomi islam kepemilikan
kepemilikan dan kebebasan individu diperbolehkan sepanjang masih dalam lingkup
syari’at dan memberikan ruang gerak bagi pemerintah dalam melakukan
kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan syari’at-syai’at islam, karena tujuan
ekonomi islam adalah terwujudnya kesejahteraan yang merata dan keadilan bagi
segenap masyarakat, sehingga perkembangan ekonomi disuatu Negara dapat berjalan
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar